Basis media sosial Instagram membuat peraturan baru. Ini kali sosial media yang dijangkau oleh lebih dari 1 miliar pemakai ini merencanakan hilangkan feature like atau sukai. Feature ini umumnya ada di bawah konten Instagram search yang memperlihatkan jumlah audience yang menyenangi sebuah konten. Gagasan ini tersingkap tech website blogger yang kerap melakukan penelitian pada aplikasi digital, Jane Manchun Wong, temukan peraturan baru itu.
Penyempurnaan ini sebetulnya tetap diselinapkan Instagram. Dan diketahui saat Jane tidak temukan informasi jumlah like dari sebuah konten yang diuploadnya. Pihak Instagram sendiri sudah mengonfirmasi peraturan ini. “Kami belum coba (feature hilangkan Like) sekarang ini, tetapi kami memang cari cara untuk kurangi penekanan ke pemakai Instagram,” ungkapkan jubir Instagram ke TechCrunch yang diambil Grid.id.
“Kami ingin pemakai konsentrasi ke konten yang dipisah, tidak dari seberapa banyak like yang didapat,” tambah jubir itu. Sebetulnya, feature Like berperan sebagai penyebab untuk pemakai Instagram untuk hasilkan koten yang berkualitas. Tetapi, bersamaan perjalanan waktu, feature ini malah membuat beberapa pemakainya terobsesi untuk mendapatkan Like sebanyaknya.
Keadaan ini malah memunculkan dampak negatif. Karena sangat terobsesinya mendapatkan Like, cukup banyak pemakai tampilkan konten polemis, menyalahi hak cipta, dan menebarkan informasi yang tidak terang kebenarannya. Jumlah Like membuat persaingan yang kurang sehat antara pemakai media sosial garapan Facebook ini. Mereka memandang jumlah Like yang banyak menyimbolkan kebanggaan, hingga jumlah like yang sedikit dipandang malu-maluin.
Usaha kurangi dampak negatif sosial media ini sedang jadi perhatian khusus di beberapa negara. Inggris contohnya, pemerintahan negara berjulukan Britania Raya ini tengah menata ketentuan untuk larang feature tidak patut dan memiliki sifat sensual. Pemakai sosial media ini dikuasai golongan milenial di bawah umur 18 tahun.
Profesor Psikologi dan Pengetahuan Saraf dari Duke University Amerika Serikat (AS), Mark Leary medukung gagasan penghilangan feature Like di Instagram. Menurut dia, feature itu berpengaruh jelek untuk kesehatan psikis. “(Jika Like dihapus) Pemakai Instagram semakin lebih mengutamakan isi konten dibanding jumlah like. Penghilangan like bisa hentikan rutinitas memperbandingkan diri seseorang,” ungkapkan si profesor sama seperti yang dikutip dari Liputan6.com.
Psikiater terkenal, Melanie Katzman memberikan dukungan peraturan ini. Penghilangan Like di Instagram akan membuat orang lebih sadar berkenaan norma komunikasi electronic. Menurut dia, jumlah Like malah membuat orang terobsesi dan menghabiskan waktu.
Dalam pada itu, Selebgram asal dari Australia, Mikaela Testa akui sedih saat dengar peraturan baru ini. Di video yang diuploadnya, Mikaela menangis waktu ketahui gagasan hapus Lika dari Instagram ini. Selebgram yang populer melalui beberapa foto seksi nya itu merasa cemas bila kariernya harus usai.
“Saya akan stop dari Social Media sesaat. Saya tidak dapat terima itu (peraturan hapus Like). saya coba menentramkan diri dahulu,” ungkapkan Mikaela sambil menangis.
Lalu bagaimanakah nasib beberapa influencer bila peraturan ini betul-betul diaplikasikan?
Sekarang ini, ada 7 negara yang jadi lokasi eksperimen penyempurnaan ini. Diantaranya, Australia, Brasil, Kanada, Irlandia, Italia, Jepang, dan Selandia Baru. Team eksperimen Instagram tanpa Like, Ryan Hilton mengetahui jika peraturan ini dipandang bikin rugi influencer. Tetapi, ia memandang peraturan ini akan hilangkan kelas imajiner yang terjadi di kelompok pemakai Instagram. Informasi jumlah Like yang diselinapkan membuat pemakai biasa dan influencer tidak kelihatan berlainan.
CEO perusahaan influencer marketing, Klear, Guy Avigdor mengutarakan jika ada banyak feature lai yang dapat jadi perhatian oleh pemakai jasa influencer selainnya jumlah Like. Sembunyikan feature Like, kata Avigdor, tidak punya pengaruh besar pada nasib influencer. Story contohnya, feature ini banyak mengundang audience hanya karena bertahan di dalam 24 jam saja, hingga megundang rasa ingin tahu beberapa pemakai Instagram.
Manajer Komuikasi Instagram Asia Pasifik, Putri Silalahi mengutarakan jika peraturan ini baru dalam tahapan eksperimen di sejumlah negara. Hilangkan jumlah Like, kata Putri, tidak berarti betul-betul hilangkan feature Like. “Tidak ada yang berbeda dari mekanisme like. Cuma angkanya saja (yang ditiadakan) . Maka seseorang tidak dapat saksikan, cuma dapat disaksikan pemilik akun-nya,” ungkapkan Putri sama seperti yang dikutip dari Viva.com.
Putri memandang penghilangan jumlah Like ini akan membuat nyaman beberapa pemakai Instagram semakin nyaman dalam mengupload isinya. “Pemakai kami kan banyak anak muda. Kami harus pikirkan mereka, bagaimana triknya supaya mereka tidak tertekan. Saya individu sukai sekali (peraturan ini),” terangnya.
Peraturan ini tidak punya pengaruh pada perform akun usaha. Feature yang dapat dijangkau oleh akun usaha Instagram ads lebih lengkap serta lebih terarah. Dimulai dari jelajahi audience, lokasi, bentang umur, dan demografi simpatisan yang lain. “Beberapa pelaku bisnis jangan cemas. Mereka masih tetap dapat meantau usaha di menu insight. Tidak memercayakan jumlah like,” ujar Putri.
Awalnya kami sebelumnya sempat membahas mengenai bagaimana Instagram menjadi media jualan yang mengutungkan pada artikel berikut. Kami sempat juga membahas mengenai strategi berjualan yang dilakukan beberapa Selebgram di artikel berikut.
Sekarang ini, Instagram sedang populer. Di Indonesia sendiri, pemakai aktif basis ini basis ini capai 130 juta orang. Penelitian yang dilakukan We Are Social mengutarakan rerata orang Indonesia habiskan waktu 3 jam 23 menit satu hari untuk terhubung sosial media. Penelitian itu mengatakan Instagram menjadi sosial media yang mempunyai pegguna paling banyak ketujuh di dunia.
Pemakai aktif Instagram di dunia capai lebih dari 1 miliar orang, dan terus akan bertambah. Basis ini mempunyai beragam peranan. Selainnya untuk mengupload konten visual berbentuk video dan foto, Instagram menjadi media komune usaha. Jumlah akun usaha di Indonesia bahkan juga capai 25 juta pemakai. Oleh karena itu, basis ini benar-benar dipergitungan dalam strategi digital marketing.